Dampak negatifnya sudah saya coba cari, tapi sampai saat ini secara signifikan kok belum ketemu ya?.
Dampak positifnya ada! yaitu, untuk Pelestarian Tanaman Tradisionil Indonesia & Penguatan Identitas Arsitektur Lansekap Tropik Indonesia.
Saya bukan ahli tanaman ataupun ahli Arsitektur lansekap, tapi dari Taman Bali ini saya banyak mendapatkan hal-hal kecil yang mempermudah kehidupan kami dirumah.
Tanaman tradisionil kenyataannya bisa dimakan- mengenyangkan perut, dijadikan obat, dan bahan dekorasi pada event-event special (pernikahan adat, tujuh bulanan,potong gigi,dll)
Pada saat kami membuat persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi, penghormatan kepada Leluhur dan Alam Semesta, kami menyertakan beragam tanaman tradisionil (hasil bumi) dalam Banten kami, seperti: sirih, pandan,puring, kembang sepatu, kamboja, kenanga/sandat, kantil, kemiri, jeruk nipis, bawang, keluwek, kelapa kuning,daun kelapa, dll. Oleh karena itu untuk memudahkan persiapan banten kami menanam beberapa jenis tanaman tersebut di halaman rumah. Kenyataannya dari turun temurun, tanaman-tanaman tersebut juga bisa dijadikan makanan penggugah selera seperti kata bapak saya, waktu kecil suka dimasakin bunga kamboja oleh ibunya. Di thailand kembang sepatu juga dibuat sup, dan beberapa tempat tropik lainnya dibuat jadi bahan minuman hibiscus flavor ;) Mbak-mbak disekitar rumah suka memunguti kamboja saya yang gugur (itung-itung bersihin halaman gratis hehehe), katanya 1 kg dijual Rp 35-45 rb, untuk dijadikan bahan dasar Dupa Aroma Theraphy. Jenis tanaman lainnya seperti bawang, jahe, jeruk nipis, dll sudah kita ketahui kegunaannya untuk kesehatan badan kita, jahe bisa menghangatkan tubuh yang capek, bawang lebih keren lagi efeknya, dicampur minyak kelapa kemudian dibalur dibadan bisa menurunkan panas.
Hibiscus, kembang sepatu arjuna dirumahku ;) |
Salah satu Style landscape terkenal di dunia adalah Balinese Garden, saya rasa sama terkenalnya dengan Japanese Garden yang mendunia.Kenapa begitu terkenal ? Sudah pasti karena keduanya memiliki Konsep dan Filosofi yang sangat dalam. Leluhur kita telah mempelajari dan menyempurnakan formulanya beratus-ratus tahun. Pakemnya, bahwa konsep membuat suatu Blok Plan selalu didasari oleh filosofi Tri Hita Karana ( 3 hubungan harmonis menuju kebahagiaan: hubungan dengan Sang pencipta, dengan sesama dan lingkungannya) Utama-Madya-Nista, kasarannya: Kepala-badan-kaki.Contoh,dalam membangun rumah Blok plan akan dibagi menjadi 9 grid sesuai tingkat peruntukannya (awalnya 3 kemudian lebih detail jadi 9). Saya jadi ingat waktu semasa kuliah, dikatakan Amerika sebagai negara maju, perkembangan kotanya memakai sistem Grid, makanya kalo nyasar di Amrik,mudah mencari jalan keluarnya, tidak seperti di Jakarta yang pembagiannya bisa segitiga, bulat, zig zag, wkwkwk, well,.. Balinese do the same thing ;) hundred years ago sampai sekarang-pun di Bali juga seperti itu, every block of the house. ;), tapi saya tidak tahu untuk perkembangan yang dikota sekarang ini ya. :)
Konsep Trihita karana berkembang menjadi 9 grid |
Natah/ taman ada di tengah dikelilingi massa bangunan lainnya |
Halaman dalam bahasa Bali disebut Natah adalah ruang interaksi penghuni, tamu, dan tempat melakukan ritual keagamaan. Maka bangunan akan tumbuh dari tanah, segala yang telah ada dan yang akan ada di atas tanah, harus bisa bersinerji (dalam keberagaman) untuk tujuan yang sama: membentuk lingkungan hidup dengan kualitas yang baik. Harmoni-Selaras-Seimbang, makanya di pedesaan dan beberapa tempat dengan adat yg kuat tidak akan membangun bangunan lebih tinggi dari pohon kelapa. Saya tidak terlalu paham apa yang terjadi di Kuta dan sekitarnya, tapi setiap kesana rasanya seperti asing, namun itulah resiko bila kita membuka diri terlalu lebar, apapun itu untuk orang yang ber- iman pasti ada gunanya! so don't worry too much Optimistic is better ;) Dalai Lama.
Contoh desa tradisionil Panglipuran, Bali, kereeen ya taman depan dan jalannya dari bata, ;) |
Taman Bali/ Natah adalah miniatur Bhuana Agung (Alam Raya) ruang terbuka yang menjadi kebutuhan absolut manusia untuk berinteraksi lebih baik dengan Tuhan, manusia & alam. Posisinya di tengah atau Madya, dikelilingi beberapa massa bangunan (mirip konsep Courtyard),kolam air dan dipenuhi tanaman yang bernilai sosial, ekonomis, relijius bahkan magis ;). Natah adalah kebutuhan yang harus di penuhi inside and out, dirumah dan di luar rumah. Sungguh ironis, melihat kenyataan terutama ruang terbuka di kota Jakarta sangat minim, dan banyak orang membangun rumah tanpa membuat taman, seluruh lahan dihajar Mr Concrete, si beton seraya berucap "Jakarta sempit man!" hehehe. Kenapa kita tidak berdamai dengan alam sih?, make them part of you, ngalah kek, siapkan sedikit ruang terbuka untuk bumi bernafas? it can start from your own place ;).
Pelestarian Arsitektur Lansekap Tradisionil Indonseia, bisa menjadi salah satu faktor penguatan identitas bangsa, image kita dimata dunia.Akan menjadi suatu pemandangan yang inspiratif bila dari pesawat semua mata dunia melihat pemandangan kebawah kota Jakarta, All the Skyscrapers bersinerji dengan Taman yang Hijau, layaknya bumi menopang kehidupan diatasnya. Whatta sight! ;)
Saya jadi senyum senyum sendiri, membayangkan apa yang akan dikatakan 2 arsitek modern terkenal: Louis Sullivan dan Frank Lloyd Wright akan Asta kosala kosali ( kitab, aturan, dalam membangun bangunan dan penunjangnya di Bali)
Louis Sullivan , menyoroti metapora tubuh manusia dengan struktur bangunan. Konsepnya yang membagi bangunan menjadi kepala, badan, kaki, 3 hal yang mirip dengan konsep: utama, madya, nista. Mungkin dia akan lebih tertarik mengetahui, the balinese actually more detail in implementation on their design, they use all the part of the body to measure!, ukuran rumah, halaman, berdasarkan panjang tangan, lengkat jari,kepalan, lengan, si empunya!? hihihihi.
Frank Floyd Wright dengan organic architecturenya, yang mengusung keharmonisan, antara habitat manusia dan lingkungan naturalnya..The same concept in ours, that everything seems like grown from the earth.
Interesting ! ;P Louis Sullivan , menyoroti metapora tubuh manusia dengan struktur bangunan. Konsepnya yang membagi bangunan menjadi kepala, badan, kaki, 3 hal yang mirip dengan konsep: utama, madya, nista. Mungkin dia akan lebih tertarik mengetahui, the balinese actually more detail in implementation on their design, they use all the part of the body to measure!, ukuran rumah, halaman, berdasarkan panjang tangan, lengkat jari,kepalan, lengan, si empunya!? hihihihi.
Frank Floyd Wright dengan organic architecturenya, yang mengusung keharmonisan, antara habitat manusia dan lingkungan naturalnya..The same concept in ours, that everything seems like grown from the earth.
Sentuhan Balinese garden dapat kita temukan ditingkat perumahan rakyat sampai dengan tempat peristirahatan mewah manca negara. Perkembangannya sangat beragam ada yang Menawan, Mengagumkan sampai dengan Njeleni? saya tidak tau bahasa Indonesianya apa, mungkin Norak,Maksain? hehehe. Tapi apapun itu, budaya Taman Bali ini perlu dilestarikan, karena konsep dan filosofi (wisdom of knowledge) nya tidak akan lekang oleh waktu, biarkan ia tumbuh, berkembang fleksibel sesuai dengan jamannya yang dinamis. Tidak perlu takut akan tergerus nilai-nilainya kemudian hilang, karena konsep & filosofi yang kuat adalah kebenaran sejati dalam diri kita setiap manusia. Semua akan kembali kepada Kebenaran yang hakiki.
Wow! dari hal kecil hanya karena sebuah taman di rumah saja, membuat saya berpikir lebih dalam lagi, bekerjasama dengan hati untuk mewujudkan sebuah taman yang bermakna dalam kehidupan kami.
Saya berharap tidak hanya Balinese garden saja yang nantinya muncul dipermukaan, namun Style Garden dari daerah lainnya di Indonseia bisa dikenal juga oleh orang Indonesia sendiri.
Lets preserve our culture! it is worth it to continue ;)
Taman Bali versi modern |
miss twinkle-